Jawa Barat
Wisata Belanja ke Pusat Sepatu
Cibaduyut Bandung
MENYEBUT nama Cibaduyut, maka yang langsung terlintas adalah sepatu dan jaket serta berbagai asesoris yang terbuat dari bahan kulit. Pekan lalu, tepatnya Sabtu-Minggu 3-4 Maret 2012, kami sekeluarga mencoba berwisata belanja di pusat sepatu pusat kota Bandung, yang dulu dikenal dengan sebutan Paris Van Java ini.
Cibaduyut berada di daerah selatan Bandung. Atau
kira-kira dari pusat kota sekitar 30 menit. Kawasan ini awalnya ter-kenal
dengan sentral sepatu kulit. Kami rombo-ngan dari Kota Bekasi, datang dari arah
jalan tol Jakarta-Cikampek. Sebelum sampai ke Cikampek, mengambil jalur kiri
masuk tol Padalarang.
“Karena kita dari Bekasi, lebih dekat kalau keluar
pintu Tol Leuwi Panjang. Lokasi Cibaduyut lebih dekat,” kata Usman Lantara,
driver kami, pria bujang asal Kota Makassar yang mencoba urban ke Jakarta.
Namun karena ingin bersi-laturahmi dulu ke keluarga, bablas dulu dan keluar
pintu tol Buah Batu.
Wisatawan domestik yang menggunakan tranportasi darat,
bisa keluar melalui Tol Kopo atau Tol Mochammad Toha. Berbagai oleh-oleh
sebagai ciri khas kota Ban-dung bisa anda dapatkan di sini, seperti peyeum,
dodol, opak, dan lain-lain. “Untuk iseng-iseng makan di perjalanan, saya beli
dodol dan pe-yeum,” kata Agung, yang datang bersama temannya, Pandu, Akbar.
Ketiganya mengaku bersahabat, lulusan MAN 1 Ko-ta Bekasi.
Untuk menuju ke Cibaduyut, memang tidak sulit. Di
tandai dengan patung sepatu yang besar di depan perempatan sebelum memasuki
jalan Cibaduyut, Bandung. Itulah ciri khas sebagai pertanda bahwa kita sudah
memasuki lokasi. Patung sepatu merupakan lambang dari Jalan Cibaduyut, bahkan
satu-satunya yang ada di kota Bandung.
Sepatu, tas dan dompet merupakan salah satu asesoris
yang selalu digunakan dan dibawa, baik bagi pria maupun wa-nita. Bandung
merupakan salah satu sentral pembuatan asesoris tersebut. Cibaduyut juga dikenal
sebagai deretan toko terpanjang di Asia.
“Produk sepatu Cibaduyut, tidak kalah de-ngan merek
luar negeri. Saya borong sendal kulit untuk teman-teman di kantor,” kata Erni
Yusnita, karyawati Bank BRI yang sedang diklat di Jakarta. “Murah koq, Rp15.000,
sudah dapat dua pasang,” kata mantan pramugari darat Maskapai Penerbangan Lion
Air ini.
Memang tak hanya Erni yang tertarik datang ke
Cibaduyut. Buktinya dengan banyaknya turis domestik yang juga datang ke sini.
Sepanjang Jalan Cibaduyut, banyak berdiri toko-toko
yang menjual dan menerima pesanan sepatu. Keistimewaan dari Cibaduyut, bisa
melakukan pemesanan. Harganya pun bervariasi.
Jika Cibaduyut terkenal akan sentral sepatu dan tas,
ada wilayah lain di Bandung yang juga ter-kenal dengan produk jeans, yaitu
Cihampelas, Bandung. Itu sebabnya ketika saya menulis status di facebook dan
mengabarkan kalau lagi berada di Cibaduyut, langsung direspon dengan komentar:
“Jangan lupa jaket kulit, bang”.
Sekilas Kota Bandung
Kota Bandung merupakan kota metropolitan terbesar di
Jawa Barat, sekaligus menjadi ibu kota provinsi tersebut. Terletak 140 km
sebelah tenggara Jakarta. Kota kembang, merupakan sebutan lain untuk kota ini.
Pasalnya, zaman dulu kota ini dinilai sangat cantik dengan banyaknya
pohon-pohon dan bunga-bunga yang tumbuh.
Daerah ini juga disebut “Parijs Van Java” karena
keindahannya. Atau kota belanja, dengan mal dan factory outlet, disamping kota
wisata kuliner. Pada tahun 2007, British Council menjadikan kota Bandung
sebagai pilot project kota terkreatif se-Asia Timur. Kota ini juga salah satu
tujuan utama pariwisata dan pendidikan. Iklimnya dipengaruhi oleh iklim
pegunungan yang lembap dan sejuk.
Kata “Bandung” berasal dari kata bendung atau
bendungan karena terbendungnya sungai Citarum oleh lava Gunung Tangkuban Perahu
yang lalu membentuk telaga. Legenda yang diceritakan oleh orang-orang tua di
Bandung mengatakan bahwa nama “Bandung” diambil dari sebuah kendaraan air yang
terdiri dari dua perahu yang diikat berdampingan, disebut perahu bandung.
Kota Parahyangan ini dapat dicapai melalui jalan Tol
Cipularang (Cikampek-Purwakarta-Padalarang) dengan waktu tempuh antara 1.5 jam
sampai dengan 2 jam. Jalan tol ini merupakan pengembangan dari jalan Tol
Padaleunyi (Padalarang-Cileunyi), yang sudah dibangun sebelumnya.
Ibukota Provinsi Jawa Barat ini memiliki Bandar Udara,
namanya Husein Sastranegara, menghubungkan beberapa kota-kota di
Indonesia. Juga mempunyai stasiun kereta api, selain 5 stasiun KA lain yang
merupakan stasiun khusus peti kemas, yakni Gedebage, Cimindi, Andir, Ciroyom
dan Cikudapateuh. Bandung juga banyak melahirkan penyanyi dan grup musik besar
di tanah air. (aliem)
salam, Sumber: wisatakompasiana http:
aliemhalvaima.blogspot.com
Museum Konferensi Asia Afrika
Selintas Museum
Museum Konperensi Asia Afrika (KAA) atau Gedung
Merdeka merupakan Museum Sejarah Politik Luar Negeri Republik Indonesia yang
berlokasi di Gedung Merdeka Bandung.
Gedung yang digunakan sebagai ruang tata
pameran museum dibangun pada tahun 1940 oleh Arsitek A.F. Aalbers dengan
gaya arsitektur Moderism with Art Deco Influences.
Sedangkan Gedung Merdeka,
dibangun untuk pertamakalinya pada tahun 1895 dan selanjutnya secara
berturut-turut pada tahun 1920 dan 1928 gedung tersebut direnovasi kembali
sehingga menjadi gedung dalam bentuknya yang sekarang. Pembangunan gedung
ini dirancang oleh dua arsitek berkebangsaan Belanda bernama VAN GALLEN LAST
dan CP. WOLFT SCHOEMAKER, Profesor di Techniche hogeschool atau ITB sekarang.
Di gedung inilah Konferensi Asia Afrika berlangsung pada tanggal 18-24 April
1955.
Pendirian Museum KAA merupakan gagasan dan prakarsa
Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmaja, SH.,LL.M. Sebagai Menlu RI (1978-1988) beliau
kerap bertatap muka dan berdialog dengan para pemimpin Negara dan Bangsa Asia
Afrika. Dalam kesempatan tersebut, beliau sering memperoleh pertanyaan tentang
Gedung Merdeka dan Kota Bandung. Berulangkali pembicaraan tersebut diakhiri
oleh pernyataan keinginan mereka untuk dapat mengunjungi kota Bandung dan
Gedung Merdeka.
Terilhami oleh hal tersebut, maka muncullah gagasan untuk
mengabadikan Konferensi Asia Afrika (KAA) 1955 sebagai tonggak terbesar
keberhasilan politik luar negeri Indonesia. Jiwa, semangat dan pengaruh
KAA telah menyebar ke seluruh dunia, terutama bumi Asia Afrika, sehingga mereka
ingin bernostalgia mengunjungi tempat diselenggarakannya. Gagasan tersebut
diaktualisasikan dalam bentuk pendirian Museum KAA di Gedung Merdeka Bandung.
Maka pada kesempatan Forum Rapat Panitia Peringatan 25 tahun KAA tahun 1980
yang dihadiri oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Prof. Dr. Haryati Soebadio
sebagai wakil dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, dilontarkanlah gagasan
pendirian museum tersebut .
Gagasan tersebut memperoleh sambutan baik,
terutama dari Presiden Republik Indonesia Soeharto. Sejak itu, salah satu
aktivitas Panitia Peringatan 25 tahun Konferensi Asia Afrika adalah mewujudkan
rencana tersebut.
Gagasan pendirian museum kemudian diwujudkan oleh Joop
Ave, sebagai Ketua Harian Panitia Peringatan 25 tahun KAA dan Dirjen Protokol
dan Konsuler Deplu (1980-1982), bekerjasama dengan Depdikbud, Deppen, Pemda
Provinsi Jawa Barat dan Universitas Padjadjaran. Perencanaan dan
Pelaksanaan teknis dikerjakan oleh PT. Decenta Bandung. Museum KAA diresmikan
oleh Presiden Soehato pada tanggal 24 April 1980, sebagai puncak
Peringatan 25 Tahun KAA.
Tujuan pendirian Museum KAA, dirumuskan dalam poin-poin
kalimat sebagai berikut:
1. Menyajikan peninggalan-peninggalan,
informasi yang berkaitan dengan KAA, termasuk latar belakang, perkembangan
konferensi tersebut, sosial budaya, dan peran bangsa-bangsa Asia Afrika,
khususnya bangsa Indonesia dalam percaturan politik dan kehidupan dunia;
2. Mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan
buku-buku, majalah, surat kabar, naskah, dokumen, dan penerbitan lainnya yang
berisi uraian dan informasi mengenai kegiatan dan peranan bangsa-bangsa Asia
Afrika dan Negara-negara berkembang dalam percaturan politik dan kehidupan
dunia serta social budaya negara-negara tersebut;
3. Melakukan penelitian tentang
masalah-masalah Asia Afrika dan Negara-negara berkembang guna menunjang
kegiatan pendidikan dan penelitian ilmiah di kalangan pelajar, mahasiswa,
dosen, dan pemuda Indonesia serta bangsa-bangsa Asia Afrika pada umumnya, dan
memberi masukan bagi kebijakan pemerintah dalam kegiatan politik luar negeri;
4. Menunjang upaya-upaya dalam rangka
pengembangan kebudayaan nasional, pendidikan generasi muda, dan peningkatan
kepariwisataan;
5. Menunjang upaya-upaya untuk
menciptakan saling pengertian dan kesatuan pendapat serta meningkatkan volume
kerja sama di antara bangsa-bangsa Asia Afrika dan bangsa-bangsa lainnya di
dunia.
6. Melalui koleksi serta sarana dan
prasarana yang dimilikinya, seperti : R. Kepala Museum, R. Administrasi, R.
Perpustakaan, Souvenir Shop, R. Pameran, R. Koleksi, Gudang Koleksi, R. Pamer
Temporer, Lobby, R. Audiovisual, Mushola, dan MCK, pengelola Museum KAA,
berupaya mewujudkan tekadnya dalam melayani pengunjung sebaik mungkin sesuai
dengan harapannya datang ke museum.
7. Dalam rangka Konferensi Tingkat Tinggi
Asia Afrika Tahun 2005 dan Peringatan 50 Tahun KAA tahun 1955 yang berlangsung
pada tanggal 22-24 April 2005, tata pameran Museum KAA direnovasi atas prakarsa
Menteri Luar Negeri RI Dr. N. Hasan Wirayuda. Penataan kembali museum tersebut
dilaksanakan atas kerjasama Departemen Luar negeri dengan Sekertariat
Negara dan Pemerintah Provinsi jawa Barat. Sementara Perencanaan dan
Pelaksanaan teknisnya dikerjakan oleh Vico Design dan Wika Realty.
Koleksi Museum
Koleksi Museum Asia Afrika berjumlah 4.000 buah.
Penataannya dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :
a. Koleksi benda-benda tiga
dimensi :
* Suasana Sidang Pembukaan Konferensi
Asia Afrika di Gedung Merdeka 18 April 1955
* Kursi rotan yang diduduki para
delegasi ketika melakukan pertemuan untuk melobi dan mempererat persahabatan
* Kamera, mesin tik, dan mesin teleks
yang dipakai selama konferensi berlangsung
* Terbitan prangko-prangko yang
berhubungan dengan konferensi Asia Afrika
b. Gallery foto mengenai : Gedung
merdeka dari masa ke masa
Sejarah Konferensi Asia Afrika yang menggambarkan
suasana dunia internasional sebelum pelaksanaan konferensi,
konferensi-konferensi pendahuluan, persiapan dan pelaksanaan serta menampilkan
suasana hasil konferensi tersebut terhadap perkembangan dunia internasional.
Saung Angklung Udjo
Saung Angklung Udjo didirikan pada tahun 1967 oleh
Mang Udjo dan istrinya, Uum Sumiati Udjo. Di tempat inilah kesenian musik
Angklung dilestarikan. Nama Udjo sendiri diambil dari nama pendiri sekaligus
pemilik tempat ini. Berdirinya padepokan ini juga tidak lepas dari bantuan dan
dorongan Bapak Daeng Soetigna, seorang tokoh angklung yang juga merupakan guru
dari Mang Udjo.
Angklung adalah sejenis alat musik yang terbuat dari
bahan bambu yang mempunyai suara dan irama yang khas. Angklung merupakan
gabungan dari beberapa instrumen yang terdiri dari pipa bambu dengan ukuran
yang berbeda-beda dan ditempatkan di suatu bingkai yang kecil dan diguncangkan
untuk mengeluarkan bunyi.
Selain tempatnya yang sangat khas dengan ornamen yang
serba bambu, tempat ini juga dikelilingi rumah-rumah penduduk. Saung Angklung
Mang Udjo menawarkan daya tarik wisata dengan menampilkan pertunjukan angklung
dan demonstrasi berbagai kesenian Sunda lainnya yang dibawakan oleh kelompok
anak-anak setempat.
Datang dan nikmati pagelaran serta pelajari cara memainkan
Angklung di tempat istimewa ini, yang selalu siap menyambut dan memberi ruang
apresiasi bagi setiap Anda dan pengunjung lainnya. Jangan lewatkan pula melihat
proses pembuatan alat musik angklung, yang sama menariknya dengan menonton pertunjukan
itu sendiri.
Lokasi: Jl. Padasuka No. 118, Bandung 40192
Koordinat : 6° 53' 48" S, 107° 39' 17" E
Telepon: (022) 7271714
Email: info@angklung-udjo.co.id
Internet: www.angklung-udjo.co.id
Arah: Dapat dicapai dengan menggunakan angkutan
umum ke arah terminal Cicaheum dan berhenti di pertigaan Jalan Suci - Jalan
Padasuka, kemudian naik ojeg menyusuri Jalan Padasuka.
Fasilitas: Tempat parkir yang luas, restoran
Info Wisata Jawa Barat
- Wisata Alam
- Wisata Budaya
- Upacara Adat
- Peninggalan Sejarah
- Situs Purbakala
- Kampung Adat
- Permainan Tradisional
- Rumah Adat
- Keraton
- Makanan Tradisional
- Atraksi Wisata Seni
- Kriya/Kerajinan
- Rumpun Angklung
- Rumpun Celempungan
- Rumpun Debus
- Rumpun Wayang
- Rumpun Teater
- Rumpun Terebang
- Rumpun Ibing
- Rumpun Helaran
- Rumpun Kecapian
- Rumpun Beladiri
- Rumpun Gamelan
- Rumpun Sekaran
- Rumpun Macakal
- Rumpun Ngontrek
- Wisata Rekreasi
- Wisata Lainnya
- Wisata Sejarah
- Wisata Minat Khusus
0 komentar: