TOP NEWS

“Sentuhan Pelayanan Untuk Anda Adalah Kepuasan Bagi Kami” PT.EKAPARI RAYA TOUR JL.KI AGENG GRIBIG NO.5B,KLATEN TELP / FAX : (0272) 324958 Hp : 085229747440 E-MAIL : ekapari_raya@yahoo.com

Jumat, 17 Mei 2013

Yogyakarta Didaulat Jadi 'Sister City' Kroasia


Yogyakarta Didaulat Jadi 'Sister City' Kroasia
Liputan6.com, Jakarta : Yogyakarta dinilai memiliki kemiripan dengan Zagreb, Kroasia karena keduanya sama-sama merupakan kota tujuan wisata yang menarik disambangi pelancong. Terkait itu pula, Yogyakarta didaulat sebagai kota yang cocok menjadi 'sister city' Kroasia.

Walikota Yogyakarta, Hariyadi Suyuti, menuturkan kota gudeg ini memiliki potensi pariwisata yang besar. Demikian pula industri penunjangnya seperti kerajinan, dan industri kreatif. Ambil contoh produk kerajinan batik yang selama ini telah masuk masuk ke pasar Eropa melalui Belanda. 

Melalui kerjasama 'sister city' ini, diharapkan Kroasia bisa menjadi pintu masuk yang lebih efisien bagi Indonesia ke pasar Eropa. "Kota Jogja dan Kroasia sama-sama ditopang industri pariwisata, jadi Jogja dipilih sebagai sister city," kata Hariyadi, Rabu (24/4/2013).

Konsep sister city sendiri menurut Hariyadi mengusung tiga fokus utama. Di samping sektor pariwisata, kedua terkait kerjasama di bidang pendidikan serta sumber daya manusia berhubungan dengan rencana ekonomi.

Di bidang pariwisata sendiri, Hariyadi mengharapkan ada peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) dari Kroasia menjadi 100 kunjungan per tahun. "Saat ini total kunjungan wisman lebih dari 250 orang per tahun, paling besar masih dari Asia," ujar Hariyadi.

Sebagai informasi, di Yogyakarta sendiri sudah ada semacam 'sister city', yang disebut Kampung Ceko, di daerah Dipowinatan, Kota Yogyakarta. Disebut demikian lantaran banyaknya wisman asal Ceko yang singgah beberapa saat di kampung Dipowinatan.

Hariyadi menambahkan, selain bisa singgah, para wisman bisa belajar membatik. Selain ingin menarik wisman ke Jogja, lebih lanjut, pengganti Heri Zudiyanto ini berharap wisman juga bisa menyambangi destinasi wisata lain di Indonesia, seperti Bali. (Est/Nur)
13.26 Diposting oleh Unknown 0

HDCI Jogyakarta Jadi Duta Wisata

Harley Davidson Club Indonesia (HDCI) Jogja berkomitmen mengenalkan potensi yang dimiliki DIJ. Salah satunya adalah pariwisata yang terus naik daun. Para anggota HDCI Jogja berusaha menjadi duta wisata.Ketua MBCI Jogja Gatot Kurniawan mengatakan sebagai komunitas regional, HDCI Jogja tidak hanya sebuah wadah yang menaungi para pengemar, pemilik, sekaligus pengendara. Tak sekadar meluapkan hobi mengendara dan mengoleksi perlengkapan harley tetapi mencoba memahami kondisi sosial. Terutama yang berkaitan dengan fenomena sehari-sehari sekaligus potensi yang ada di daerah.”Apalagi sejak dibentuknya HDCI Jogja, kami berkomitmen untuk menjadi duta wisata Jogja dengan memperkenalkan segala potensi yang ada. Berdasarkan evaluasi pencapaian hasil, profit, manfaat, dan dampak,” jelasnya belum lama ini.
Gatot menjelaskan berdasarkan silsilah HDCI Jogja terbentuk berdasarkan surat keputusan dari HDCI pusat yang telah terdaftar di Depdagri tahun 2006. Padahal sebelumnya, komunitas pecinta Harley Davidson di Jogja telah memiliki paguyuban namun belum bisa bergabung di HDCI pusat karena berbagai alasan.”HDCI Jogja sendiri terbentuk pada tahun 1993. Kemudian seiring dengan perkembangannya mendapat amanat dari Sultan HB X sebagai Honorary Ambasador of Tourism pada tahun 2002 dan mulai fokus pada kegiatan pariwisata,” katanya.Salah satunya lewat Jogja Bike Rendezvous (JBR) 2013 bertajuk Save Indonesia Restore Something beberapa waktu lalu. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, JBR kali ini mengangkat tema yang bersifat nasional yang menekankan pada kebersamaan. (ayu/ila)
13.24 Diposting oleh Unknown 0

Turis ASEAN Pasar Potensial Pariwisata Yogyakarta


KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKOWisatawan memasuki Candi Syiwa yang memiliki relief kisah Ramayana di kompleks Candi Prambanan, Sleman, DI Yogyakarta, Kamis (4/4/2013). Candi yang dibangun pada abad ke-9 hingga abad ke-10 itu merupakan candi Hindu terbesar di Indonesia dan menyedot wisatawan mancanegara.

YOGYAKARTA, KOMPAS.com
 - Turis yang berasal dari sejumlah negara di kawasan ASEAN merupakan pasar potensial yang bisa digarap lebih serius oleh para pelaku pariwisata di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

"Berdasarkan grafik kunjungan wisatawan asing ke DIY, jumlah wisatawan dari negara-negara ASEAN terutama Singapura, Malaysia dan Thailand terus mengalami peningkatan yang menggembirakan," kata Ketua Association of the Indonesia Tours and Travels (Asita) Yogyakarta, Edwin Ismedi Himna di Yogyakarta, Jumat (26/4/2013).

Menurut Edwin, tingginya jumlah wisatawan asing dari ASEAN yang berkunjung ke Yogyakarta dipengaruhi oleh sejumlah aspek seperti jarak yang tidak terlalu jauh dan transportasi semakin mudah.

Upaya untuk meningkatkan kunjungan wisatawan asing terutama dari ASEAN akan dilakukan melalui upaya promosi, salah satunya yang paling dekat adalah Jogja Travel Mart 2013 yang akan digelar pada 5-8 Mei 2013.

Edwin mengatakan, pada kegiatan promosi pariwisata tersebut, setidaknya akan dihadiri oleh 130 pembeli dari sejumlah negara seperti pelaku wisata di Malaysia, Singapura, Thailand, Australia, Korea, Jepang, Rusia dan India.
Kami akan mengajak para pelaku pariwisata mengunjungi sejumlah obyek yang ada di Yogyakarta dan sekitarnya. Hal itu untuk lebih mengenalkan tujuan-tujuan berwisata kepada para pelancong asing.
-- Edwin Ismedi Himna
Selain dihadiri pelaku wisata dari luar negeri, kegiatan tersebut juga akan diikuti oleh sekitar 55 pembeli domestik yang juga masih menjadi pasar potensial bagi pelaku wisata di DIY. "Kami akan mengajak para pelaku pariwisata tersebut untuk mengunjungi sejumlah obyek yang ada di Yogyakarta dan sekitarnya. Hal itu untuk lebih mengenalkan tujuan-tujuan berwisata itu kepada para pelancong asing," katanya.

Sejumlah lokasi wisata yang akan dikunjungi di antaranya "Lava Tour" Merapi menggunakan Jeep, serta sejumlah wisata budaya yang sudah menjadi ikon Yogyakarta seperti Malioboro, Keraton Yogyakarta dan juga Candi Borobudur.

Berdasarkan data dari Dinas Pariwisata DIY pada 2012 jumlah wisatawan yang berkunjung ke DIY mencapai 2,4 juta orang, dan 190.000 di antaranya adalah wisatawan asing. Jumlah wisatawan asing tersebut mengalami kenaikan 18 persen dibanding tahun sebelumnya. Wisatawan asing yang paling banyak berkunjung ke Yogyakarta berasal dari Belanda, Perancis, Malaysia, Singapura, dan Australia.

"Kami berharap, melalui Jogja Travel Mart kunjungan wisatawan dari negara-negara ASEAN bisa terus meningkat. Apalagi, akan ada wisata minat khusus yang menantang, seperti arung jeram di Sungai Progo, panjat tebing di Pantai Siung, jelajah gua dan lainnya," kata Kepala Bidang Pemasaran Dinas Pariwisata DIY, Heri Lencono.

Sumber :
Antara
Editor :
I Made Asdhian
a
13.23 Diposting oleh Unknown 0

Kamis, 21 Maret 2013

Benteng Vredeburg, Wisata Murah Belajar Sejarah

detikTravel Community - Tentara kolonial Belanda berlatih baris-berbaris di halaman benteng. Suara teriakan komando dan derap langkah prajurit memenuhi udara di setiap ruangan benteng. Di teras yang teduh pejabat pemerintahan Belanda tampak asik berdiskusi dengan komandan pasukan sambil memantau prajurit berlatih untuk kepentingan kolonial. Sedang diluar tembok kokoh, rakyat pribumi lalu-lalang sibuk dengan aktivitas ekonominya masing-masing. 
Situasi inilah yang terlintas di bayangan saya ketika pertama kali memasuki salah satu tempat bersejarah di Jogjakarta. Yaitu Benteng Vredeburg. Bangunan yang terletak di ujung jalan Malioboro ini merupakan benteng peninggalan masa pemerintahan kolonial yang dijadikan tempat wisata sejarah di kota gudeg tersebut. Gaya bangunan yang bernuansa eropa sangat terasa ketika memasuki komplek benteng ini, seakan membawa kita pada situasi sosial ekonomi dan politik pada rezim penjajahan Belanda di Jogjakarta. Pilar-pilar besar menjadi fondasi bangunan kokoh ini seakan menandakan peran pemerintahan Belanda yang kokoh saat menjajah Nusantara.

Untuk lebih mengetahui informasi mengenai benteng ini, pengelola menyediakan pemandu wisata. Mereka siap memberikan informasi penting mengenai bangunan tua itu mulai dari awal pembangunan, latar belakang sejarah, fungsi bangunan, hingga cerita-cerita misteri di benteng kuno tersebut. Ditemani Pak Setiono seorang pemandu wisata, saya mulai memasuki halaman benteng yang asri. Beliau menceritakan dengan langkah perlahan awal mula berdirinya benteng ini.

Benteng Vredeburg dibangun pertama kali oleh pemerintahan kolonial Belanda tahun 1760 dengan nama Benteng Rustenburg/ benteng peristirahatan. Sesuai namanya, menurut pemerintah Belanda, benteng ini memang difungsikan sebagai tempat peristirahatan pejabat militer Belanda, namun menurut ahli sejarah, benteng ini difungsikan sebagai alat pengontrol Keraton Jogjakarta agar tidak mengganggu kekuasaan kolonial saat itu. Beliau bercerita, memang pada zaman itu, keraton Jogjakarta sedang mengalami kemajuan pembangunan yang pesat, hal ini menjadi kekhawatiran Belanda. Hal tersebut didasari oleh fakta bahwa jarak antara benteng dan keraton hanya berjarak satu tembakan meriam. Selain itu lokasi benteng yang strategis berada di jalan masuk arah keraton, sehingga jika ingin keluar masuk ke keraton dari wilayah penduduk, harus melewati benteng tersebut.

Perlahan namun pasti saya menelusuri setiap ruangan dalam bangunan dalam benteng. Bangunan yang pertama kami masuki adalah ruangan berisi diorama/ miniatur suasana kota Jogja pada masa revolusi. Pak Setiono menceritakan setiap kajadian dengan meluap-luap sehingga saya benar-benar larut dalam situasi perjuangan tersebut. siapa yang tidak naik semangat nasionalismenya? Setelah jantung dibuat berdebar-debar dengan cerita Pak Setiono, kami memasuki bangunan disebelah kanan pintu masuk, yaitu kantor pusat pemerintahan kolonial Belanda. Semilir angin menerobos memasuki ruangan setelah pintu reot saksi bisu sejarah dibuka perlahan. Beliau masih menuturkan jengkal demi jengkal sejarah benteng ini. Seiring pergantian kekuasaan, status kepemilikan benteng ini juga berubah-ubah, ujarnya. meskipun benteng ini didirikan oleh pemerintahan Belanda, status kepemilikan pertama dipegang oleh keraton Jogjakarta. Baru pada saat VOC masuk tahuin 1788, benteng ini dihibahkan sebagai pusat pengatur perdagangan.

Tahun 1799 VOC bangkrut akibat korupsi dan ketidakpercayaan, benteng ini diambil alih oleh pihak Belanda dibawan pemerintahan gubernur Van Den Burg hingga masa pemerintahan gubernur Daendels. Benteng ini sempat diambil oleh pemerintahan Inggris dan direbut kembali oleh Belanda. Pada tahun 1942 jatuh ketangan Jepang Hingga tahun 1980, atas persetujuan Sri Sultan Hamengkubuwono IX, benteng tersebut dijadikan pusat pengembangan budaya nusantara.

Sambil sesekali mengelap wajahnya yang berkeringat, Pak Setiono mengantar saya pada bangunan terakhir yang berisi barang-barang peninggalan sejarah seperti perabotan rumah tangga, lukisan, foto, dan benda-benda saksi bisu sejarah lainnya. Pak Setiono menuturkan kembali bahwa Benteng Rustenberg ini akhirnya diubah menjadi Benteng Vredeburg/ Benteng Perdamaian pada tahun 1992 dengan nama resmi Museum Perjuangan Nasional.

Untuk berwisata penuh nilai pendidikan ini, pengunjung tak perlu bayar mahal, untuk orang dewasa dan orang asing, cukup membayar Rp.750 dan anak-anak Rp. 250. Akhirnya, perjalanan saya dan Pak Setiono berakhir di halaman benteng lagi. "Bangsa yang besar adalah bangsa yang tak lupa akan sejarahnya", tutup ia sambil tersenyum. FBN

13.05 Diposting oleh Unknown 0

Ini Dia 3 Destinasi Asyik Belanja Batik di Yogya


Oleh-oleh khas Yogyakarta yang tidak boleh ketinggalan saat berkunjung ke kota gudeg ini adalah batik. Ada banyak tempat di Yogya yang menjual batik aneka warna, model dan jenis, dengan harga yang bervariasi. Yuk, belanja batik!

Ketika mendengar kata Yogya, hal pertama yang terlintas di pikiran adalah batik. Ada banyak tempat asyik untuk belanja batik di Yogya, mulai dari batik kain hingga batik kayu. Berikut adalah 3 tempat belanja batik asyik di Yogya, yang dikumpulkan detikTravel, Kamis (31/5/2012):

1. Pasar Beringharjo

Pusat penjualan batik pertama yang bisa Anda datangi adalah Pasar Beringharjo. Pasar ini memang terkenal sebagai sentra penjualan batik yang ada di Yogya.

Pasar Beringharjo sudah ramai dikunjungi turis sejak pagi hari. Riuh obrolan ringan dan ajakan mampir dari para penjajak makanan akan menjadi sapaan khas saat Anda memasuki kawasan pasar ini di pagi hari.Â

Pasar batik besar ini terdiri dari 4 lantai, dan lantai 1 adalah pusatnya pedagang batik di Beringharjo. Ada banyak jejeran toko yang menjual aneka batik. Jenis batik yang dijual pun beragam, mulai dari pakaian batik hingga kerajinan berbahan dasar kain batik, seperti tas ada di pasar ini.

Batik di Beringharjo dijual dengan harga bervariasi, tergantung model, bahan, dan jenis batik. Tapi Anda tidak perlu kuatir, Pasar Beringharjo dikenal sebagai pasar yang menjual batik dengan harga murah. Jadi dijamin tidak membuat kantung jebol.

2. Malioboro

Tak jauh Beringharjo, ada juga tempat jualan batik yang bisa Anda datangi, yaitu Malioboro. Malioboro telah menjadi ikon Kota Yogya yang tidak pernah sepi dari wisatawan. Banyak oleh-oleh khas Yogya yang bisa Anda beli, salah satunya aneka batik.

Sama seperti Pasar Beringharjo, Malioboro juga menjual aneka barang yang terbuat dari batik. Baju, celana, tas, bahkan syal yang terbuat dari bahan batik ada disini.

Untuk harga mungkin memang tidak semurah dengan yang ada di Beringharjo. Jika ingin mendapat harga yang murah, keluarkanlah segala kemampuan menawar Anda.

3. Desa Krebet

Yogya memang pantas disebut pusatnya batik. Di sini pelancong tidak hanya bisa menemukan batik dalam bentuk kain saja, tetapi juga batik di atas kayu, seperti yang ada di Desa Krebet.

Desa Krebet berada di Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta. Ini adalah desa wisata yang memiliki kerajinan membatik dengan menggunakan media kayu. Tak heran jika ada banyak ukiran kayu, seperti topeng, sandal, gelang dan aksesoris lain yang berbahan dasar kayu sengon, pule, dan mahoni.

Jika berkunjung ke desa ini, Anda tidak hanya bisa membeli batik unik ini, tetapi juga melihat proses pembuatannya secara langsung. Ternyata, hasil kerajinan dari Desa Krebet sudah terkenal hingga luar kota seperti Jakarta, Surabaya dan Bali. Bahkan, batik kayu ini telah diekspor ke Jepang dan Eropa. Wow!
13.02 Diposting oleh Unknown 0

Angkringan, Solusi Lapar Saat Backpacking di Yogya

Saat ingin traveling murah ke Yogyakarta, jangan bingung untuk mencari tempat makannya. Sebab Kota Pelajar ini punya tempat makan yang pas untuk kantong backpacker. Kalau perut lapar, tinggal datang ke Warung Angkringan.

Akhir Oktober 2011, saya mendapat kesempatan berkunjung ke Yogyakarta. Saya datang ke kota bersejarah itu untuk menghadiri awarding night Lomba Karya Tulis Kebencanaan untuk Insan Pers 2011 yang diselenggarakan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dalam rangka Bulan Pencegahan Risiko bencana (PRB).

Saya berkunjung ke Yogyakarta sebenarnya full service. Sebab, BNPB menyediakan akomodasi lengkap untuk setiap pemenang lomba, mulai transpor pulang-pergi (PP), hotel, transpor lokal, sampai uang saku.

Kunjungan saya ke Yogyakarta kali ini merupakan yang pertama setelah sekitar hampir 15 tahun yang lalu. Tentu, wajah Yogya hari ini sudah jauh berubah dibandingkan 15 tahun lalu, meskipun kearifan lokal masyarakatnya tidak luntur.

Sebelum berangkat ke Yogya, saya sudah mendaftar destinasi yang mau saya kunjungi di sela-sela agenda yang telah disusun oleh panitia BNPB. Karena waktu dan fasilitas yang terbatas, saya hanya memaksimalkan mengunjungi beberapa lokasi di kawasan kota, khususnya di sekitar Malioboro.

Di antara sekian destinasi yang hendak saya kunjungi, salah satu target saya adalah Warung Angkringan. Ya, Warung Angkringan adalah warung khas Yogya. Warung Angkringan sangat mudah ditemukan di kotanya Sri Sultan Hamengkubuwono itu. Di setiap jengkal jalan, pasti ada Warung Angkringan, terutama di malam hari.

Hari itu saya sudah masuk tiba di Bandara Adisutjipto sekitar pukul 10.00 WIB. Naik TransJogja, saya langsung menuju kawasan Malioboro. Jalan-jalan sejenak menyusuri kawasan wisata belanja itu, saya lalu mampir di sebuah Warung Angkringan di dekat Malioboro Mall. Saya lupa siapa nama penjualnya.

Di saat lapar sudah mendera perut, sebungkus nasi kucing saya comot. Hap... Hanya beberapa suap, nasi yang hanya sekepalan tangan itu sudah berpindah ke perut. Nasi yang pulen ditambah beberapa iris telur dadar dan kering tempe itu terasa nikmat. Ya, nasi kucing adalah suguhan khas Warung Angkringan.

Entah pula mengapa disebut nasi kucing. Mungkin karena porsinya yang lebih pas untuk makan kucing, sehingga nasih bungkus itu disebut nasi kucing. Tapi dijamin, sebungkus nasi kucing tidak bakal menyelesaikan lapar yang mendera. Akhirnya, sebungkus lagi saya lahap. Untuk sebungkus nasi kucing, harganya cuma Rp 1.500. Harga yang cocok buat backpacker.

Selain nasi kucing, berbagai gorengan juga menjadi suguhan tetap Warung Angkringan. Berbagai minuman panas dan dingin juga tersedia. Khusus untuk minuman panas, air panas tidak dimasak/dipanaskan di atas kompor gas, melainkan di sebuah anglo, yaitu semacam tungku yang terbuat dari tanah liat dengan sumber panas dari arang yang membara.

Oh iya, di Warung Angkringan Yogya, hal yang lazim pula adanya ibu-ibu tua yang ikut nongkrong. Itu saya temukan saat saya mampir di sebuah Warung Angkringan di dekat RS PKU Muhammadiyah. Padahal, di tempat saya di Jember, Jawa Timur suatu yang tak lazim ada ibu-ibu, apalagi sudah tua, yang mampir makan di warung. Biasanya sih hanya membeli sesuatu untuk dibawa pulang.

Warung Angkringan merupakan salah satu legenda Yogya. Konon, Angkringan dipelopori oleh Mbah Pairo, pendatang asal Cawas, Klaten, pada tahun 1950-an. Usaha itu lalu diwariskan pada anak Mbah Pairo, Lik Man pada tahun 1969. Warung Angkringan Lik Man merupakan salah satu yang paling terkenal di Yogya. Lokasinya di utara Stasiun Tugu. Di Solo, Warung Angkringan juga bisa disebut Warung HIK. Kabarnya, HIK adalah singkatan dari Hidangan Istimewa Kampung.

Warung Angkringan bisa saja dipersonifikasi sebagai warungnya kaum pinggiran. Tapi itu dulu. Sekarang banyak orang-orang kaya terpandang yang tak sungkan makan di warung jenis ini. Beberapa orang 'beken' seperti Djaduk Ferianto, Butet Kartaredjasa, dan Emha Ainun Nadjib adalah beberapa pelanggan tetap Warung Angkringan Lik Man. Bahkan, mahasiswa UGM banyak yang menjadi pelanggan warung angkringan Lik Man.

Anda tertarik mampir ke Warung Angkringan? Kalau traveling ke Yogya, harus coba makanan di warung ini

12.58 Diposting oleh Unknown 0

Candi Prambanan Tempat Sakral bagi Umat Hindu

SLEMAN - Kompleks Candi Prambanan yang terletak di Kabupaten Sleman, DIY, dan Klaten, Jawa Tengah, bukan sekadar obyek wisata semata, namun, juga tempat sakral bagi umat Hindu.

“Candi Prambanan ini menjadi tempat kegiatan ritual dan spiritual bagi kami umat Hindu,” kata Ketua Panitia Tawur Agung Panca Kelud Yama Raja, Gede Bayu Suparta.

Suparta mengatakan, salah satu kegiatan rutin yang dihelat di Prambanan adalah doa bersama. Acara yang dinamakan Tawur Agung Panca Kelud Yama Raja itu merupakan puncak kegiatan menjelang Hari Raya Nyepi.

Fungsi Pramaban semakin berarti karena tidak sedikit umat Hindu yang berdomosili di DIY dan Jawa Tengah.

Dia menyebut, ada sekira 16 ribu umat Hindu yang berdomisili di DIY. Mereka tersebar di Kabupaten Gunungkidul, Sleman, Bantul, Kota Yogyakarta, dan Kulonprogo.

“Jumlah tempat ibadah ada 28 pura, yakni di Gunungkidul 19, Sleman lima, Bantul tiga, dan di Kota Yogyakarta ada satu. Sedangkan di Kabupaten Kulonprogo belum ada,” paparnya.

Sementara itu, sekretaris panitia Tawur Agung Panca Kelud Yama Raja, Gusti Ngurah Putra, mengatakan, panitia perayaan Tawur Agung selalu digilir. Artinya, bila saat ini yang menjadi panitia dari DIY, maka yang akan menjadi panitia selanjutnya dari Jawa Tengah.

“Tahun depan susunan kepanitiannya dari Jawa Tengah,” kata dosen Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada (UGM) itu.

12.55 Diposting oleh Unknown 0